Pelatihan Narative Reporting Ditutup Oleh Suwito, SH, MH

by Andry

Setelah lima hari digembleng oleh Andreas Harsono, sang Pengampu, 20 orang peserta bisa lebih memahami jurnalisme sastrawi. Satu genre baru hasil penggabungan disiplin paling berat dalam jurnalisme serta kehalusan dan kenikmatan bercerita dalam novel maupun berita. Pelatihan Narative Reporting untuk Pontianak di Hotel Peony resmi ditutup.



Bersetelan safari berwarna merah manggis, Suwito, pria berkumis tebal nan rapi yang juga menjabat sebagai Pembina Yayasan Tribune Institute didaulat memberikan kata sambutan. “Hari ini saya bangga sekali. Bangga karena telah lahir penulis-penulis baru di Kota Pontianak,” kata Suwito sambil melempar senyum.

 

Selain Pembina Tribune Institute yang sekaligus Direktur Utama PT. Borneo Tribune Press, Suwito juga seorang pengacara handal di Kalimantan Barat. Menurut Suwito Pelatihan Narative Reporting merupakan sesuatu yang sangat positif. Karenanya, ia berharap, dimasa yang akan datang, pelatihan seperti ini dapat kembali dilaksanakan di Pontianak. “Saya berharap dimasa yang akan datang, pelatihan ini dapat kembali dilaksanakan di sini,”.

 

 

Sesi penutupan pelatihan Narative Reporting untuk Pontianak dihadiri oleh Pemimpin Redaksi Harian Borneo Tribune, Nur Iskandar dan Dr. Elias Tana Moning, BA. Phil, M. Agr., Ed. D dan sejumlah peserta yang berjumlah 20 orang. Mereka terdiri dari wartawan, aktivis LSM, profesional bahkan ibu rumah tangga.

 

Usai berbagi cerita tentang alamat situs yang kaya akan ilmu pengetahuan dan informasi tentang menulis, pengampu Andreas Harsono pun menyempatkan diri untuk berpamitan kepada semua peserta pelatihan Narative Reporting untuk Pontianak. ”Saya mohon maaf. Apabila selama mengajar, terdapat kata-kata saya yang menyinggung perasaan maupun menyakitkan hati. Tapi itulah keberanian,” cetus pria berkaca mata ini sembari berpamitan.

 

Andreas berharap kepada semua peserta agar dapat menyalurkan kemampuan yang telah diraih untuk menulis sebuah buku. Terserah apapun namanya. Yang penting menulis buku.

 

Sebelumnya, Ketua Panitia pelatihan Narative Reporting untuk Pontianak, Alexander Mering juga menyempatkan diri untuk berpamitan. ”Pokoknya, apa yang saya katakan serupa dengan apa yang dikatakan Andreas Harsono,” katanya disambut dengan riuhnya tawa para peserta.

 

Setelah itu, Mering mohon izin untuk membacakan suatu puisi yang dibuatnya sejenak sebelum tampil dimuka yang belum sempat diberinya judul.

 

Periksa satu telinga

Maka kau temukan talas

Mengeras tradisi yang diwariskan lisan

Meluruk menjadi hujan

Dan kemenyan tanpa kipas

 

Periksa satu telinga

Terngiang-ngiang dalam gantang

Mencari sunyi-sunyi

Semua gambaran hati di tumpukan kertas

 

Periksa saja telinga

Ada lekuk yang membunuh

Ada doa yang menyembuhkan

 

Usai membacakan puisi, ternyata seorang peserta asal Germany yang bernama Xena berulang tahun. Dia pun akhirnya didaulat untuk meniup lilin ulang tahun di hadapan semua. Karena Xena lebih menyukai buah-buahan, maka dia diberikan sekeranjang buahan yang beraneka ragam. Setelah itu, kami semua memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada Xena. Dan akhirnya acara pun ditutup dengan makan siang bersama.

 

 

by Andry

 

LihatTutupKomentar
Cancel

Note: Only a member of this blog may post a comment.