CHINA IS MELAYU
Oleh
W. Suwito, SH., MH
Dirut PT Borneo Tribune Press
Kata Cina sering diidentikan dengan orang China atau orang
Tionghua. Padahal berdasarkan asal usulnya China berarti bangsa Ching atau
Negara Ching, dan Chinese untuk untuk sebutan suku bangsanya.
Dari dulu sampai sekarangpun orang Cina menyebut bangsanya dengan
Cungkuok yang berasal dari kata Cung yang berarti Tengah-tengah, dan Kuok yang
berarti Negara. Dan untuk orangnya disebut Cungkuok Jen atau orang Cungkuok.
Dalam ejaan bahasa Indonesia sebelum EYD tertulis
“Tjoengkoeok”. Karena di depannya huruf “T” maka orang membaca Tiongkok dan
orangnya disebut Tionghoa, dan kata-kata Tionghoa untuk suku Tionghoa asli
berasal dari bumi nusantara ini. Tidak ditemukan di Cina dan di Amerika
sekalipun.
Sebutan China mulai dikenal sejak Cungkok diperintah oleh
Suku Manchin (dalam bahasa Khek) atau disingkat suku Ching yang merupakan Suku
Melayu yang ada di daratan Cungkuok. Suku Ching atau Melayu Cina memerintah
seluruh Daratan Cina selama 13 turunan, yang sangat dikenal dengan Kerajaan
Mancuria Raya, yang mempunyai ciri penampilan khusus untuk seluruh prianya,
besar, kecil, tua-muda rambut harus dikepang ke belakang dengan mencukur bagian
depan kepalanya.
Akan tetapi selama memerintah Cungkuok, Manchin memanfaatkan
orang Han dan ratusan suku bangsa yang ada di Cungkuok, serta mengadopsi dan
mengasimilasi budaya orang Han yang Mayoritas di Cungkok. Dengan adopsi dan
asimilasi budaya tersebut, maka suku Manchin sendiri menjadi tidak menonjol.
Dengan perkembangan zaman dan majunya pelayaran, dan
banyaknya orang asing yang datang ke Cungkuok atau sebaliknya orang Cungkuok
yang ke Eropa, maka dikenalkanlah kata “China” untuk Bangsa Ching, Kerajaan Mancuria Raya, yang
berasal dari kata Ching dan Chinese untuk orangnya, pada Chinese itu artinya
orang Ching.
Dengan kenyataan di atas, katanya Cina yang berasal dari
kata China yang dibaca dalam bahasa Inggeris, Chaina atau Ching yang merupakan
suku Manchin atau Suku Melayu, maka dapat disimpulkan bahwa kata Cina sama
artinya dengan Melayu. Manchin atau Melayu yang memerintah selama 13 turunan
tersebut telah berasimilasi dengan ratusan suku bangsa Cungkuok, termasuk
mengadopsi budaya suku bangsa Han yang mayoritas. Bahkan Bahasa sehari-hari
suku Han (Putungfa) yang sekarang dikenal dengan bahasa Mandarin (baca: Man Ta
Zen) yang berarti "Pembesar Manchin" dipakai sebagai bahasa Resmi
Negara Ching.
Pemakaian Kata Cina di Indonesia dipopulerkan pada zaman
orde baru yaitu dalam rangka politik pecah belah atau politik untuk memuluskan
kekuasaan orde baru dengan memperdaya suku lainnya supaya anti cina. Walaupun
orde baru telah tumbang, Adam Malik, orang yang mempopulerkan dan kroninya suharto telah tiada, kata cina
tetap dipakai, adanya yang sengaja dan sebagian mungkin latah karena lidahnya
terlahir dari orde baru.
Dan kata Tionghoa pun tetap dipakai karena orang Tionghoa
telah merasa lahir sebagai suku bangsa minoritas yang telah tumbuh dan
berkembang di bumi Nusantara ini sejak ratusan tahun, bahkan telah sebagian
telah lahir sebagai suku bangsa Indonesia baru. Makanya orang orang tionghua
tidak mau disebut Cina.
Di Kalimantan Barat dikenal Lo Fong Pak sebagai pendiri
Republik Demokrasi Pertama di Dunia, jauh sebelum Amerika, yang terakhir
penerusnya dihabisi oleh Kolonial Belanda tahun 1884.
Akhirnya terserah apa kata orang. Mungkin yang berkata tidak
tahu, kakek moyang orang Tionghoa yang menganut patrilineal berlayar ke
Nusantara kebanyakan tidak bawa isteri.
Bilang aku Cina juga benar, bilang aku Dayak juga benar,
bilang aku Melayu juga benar, bilang aku Tinghoa juga benar, dan orang Indonesia
pasti benar.